Childcare, Imunisasi dan Centrelink


Dear Liz,

I hope this finds you well.
I am writing to inform you that I will not be in tomorrow as I have to be in Sydney. I have to see Dr. Judith Salmon regarding immunisation certificate for Lita, my daughter. We need the certificate for her to be admitted in West Wollongong Preschool and also for getting childcare benefit from Centrelink. For anything I miss from your class, I will catch up from other members of the class.

Thank you, Liz. I will see you on Thursday.

Sincerely yours,
Andi

Aku buru-buru log off dari komputer di ruanganku dan berjalan setengah berlari ke stasiun kereta North Wollongong. Tujuh belas menit lagi kereta ke Sydney akan berangkat, biasanya aku memerlukan waktu sekitar 13-15 menit dari kampus ke stasiun itu.

Sydney, one way, concession, please!” aku menunjukkan kartu mahasiswa yang berlogo City Rail 2008 kepada petugas tiket kereta sebagai tanda aku berhak atas konsesi. “Four eighty please”, kata perempuan itu seraya menyerahkan selembar tiket untukku. Kalau saja aku bukan mahasiswa dengan beasiswa AusAID, aku harus membayar dua kali lipatnya. Memang beruntung jadi penerima beasiswa AusAID.

Tak lama kemudian aku sudah terkantuk-kantuk melamun di kereta menuju Sydney. Seminggu ini hari-hariku panjang setiap hari. Setelah cukup settled dengan tempat tinggal kini giliran mencari sekolah untuk Lita. Tidak mudah ternyata, terutama untuk anak di bawah tiga tahun. Beberapa childcare atau preschool yang aku datangi di Wollongong City tidak menerima murid baru karena penuh. Semuanya menempatkan Lita dalam daftar tunggu yang panjang. Beruntunglah minggu lalu ada titik terang, West Wollongong Preschool (WWP) bersedia menerima Lita bahkan untuk setiap hari, lima hari seminggu. Lega rasanya. Tapi perasaan lega itu tidak berlangsung lama karena Pe-Er segera datang menumpuk.

You will need to pay $54 a day unless you have childcare benefit from Centrelink” kata Melissa, salah satu guru di WWP. Wah, membayar 54 dolar sehari sama dengan bunuh diri. Beasiswa kami tentu tidak akan cukup hanya untuk menyekolahkan Lita. WWP menyarankan kami untuk datang ke Centrelink untuk mengajukan Childcare Benefit (CB). Jujur saja, aku belum pernah mengurus CB walaupun beberapa kali sudah mendengar dari teman. Biasalah, kebiasaan buruk, tidak teliti menyimak sebelum benar-benar ada kepentingan langsung.
Aku memasuki sebuah ruangan di Centrelink yang beralamat di 43 Burelli Street, dekat Woolworths Wollongong. Nampak beberapa orang di depanku mengantri untuk bertemu receptionist. Aku memandang sekeliling sambil memperhatikan ratusan jenis brosur yang bisa dimiliki gratis. Sepintas nampak informasinya sangan komprehensif. Mulai dari informasi bagi mereka yang baru sampai di Australia hingga informasi untuk mereka yang akan mencari kerja. Mulai dari pengasuhan anak oleh keluarga bercerai hingga pengasuhan anak oleh kakek atau neneknya. Singkat kata, informasinya lengkap. Sesungguhnya semua tersedia, tinggal membaca saja.

Let me check first”, seorang lelaki di atas 40 tahun menyambutku ketika aku mengutarakan keingiannku. “You will fit in this category”, katanya “a student under the Australian Government sponsorship” sambil menunjuk salah satu opsi di formulir yang ada di tangannya. Sebagai penerima beasiswa AusAID aku memang berhak atas beberapa benefit yang diberikan oleh Centrelink, termasuk family dan childcare benefit. Aku lega saat itu, setidaknya satu kekhawatiran terjawab: aku berhak atas benefit sehingga harapannya childcare Lita tidak akan terlalu mahal.

Aku mulai mengisi formulir itu dengan tekun. Banyak pertanyaan yang diajukan termasuk pendapatan, dan Tax File Number (TFN). Untunglah sebelumnya aku sudah minta surat dari Natalie, Scholarship Liaison Officer di University of Wollongong yang menyatakan pendapatanku sebagai penerima beasiswa ALA sehingga memiliki bukti penghasilan. Surat semacam ini juga perlu untuk mencari rumah tinggal (apartemen). Akupun kembali masuk dalam barisan antrian untuk menyerahkan formulir tersebut.

Setelah mengecek kebenaran formulirku, receptionist mempersilahkanku duduk kembali menunggu panggilan. Ruangan ini, walaupun sibuk dan banyak orang, terasa tenang dan bahkan cenderung sepi. Model ruangan tanpa sekat, hanya jejeran meja kursi sehingga setiap orang bisa saling lihat dan pantau. Satu per satu orang-orang yang menunggu dipanggil dan diajak ngobrol oleh petugas tertentu yang menempati meja-meja di ruangan itu. Gilirankupun tiba. Aku bergegas menemui seorang perempuan 30an tahun yang menyapa dengan ramahnya. Dia sibuk meneliti formulirku dan menandai beberapa hal seraya mencocokkannya dengan data di komputernya.

Your wife need to sign here”, katanya menujuk satu kolom tempat tanda tangan partner. Aku memang mengisi formulir untuk suami istri. “Other than that, you need to provide the details of preschool for your daughter. Fill its ID here”, katanya menunjuk satu halaman dalam formulir. “and don’t forget, bring also immunization certificate form either a doctor of immunization department” katanya mengakhiri. “We have a blue book, my daughter was born in Sydney” kataku dengan mantap, yakin tidak akan ada masalah. Blue Book adalah semacam Kartu Menuju Sehat kalau di Indonesia, yaitu buku catatan perkembangan anak, termasuk catatan imunisasinya. Blue book-nya Lita lengkap, termasuk satu imunisasi yang dilaksanakan di Indonesia juga dicatatkan di situ. Sudah juga dilengkapi dengan dua imunisasi terakhir yang diberikan di Wollongong Medical Centre.

We no longer accept blue book” katanya mengejutkan, “we accept only letters from doctors or certificates from the immunization department”. Agak keterlaluan memang kalau Blue Book tidak dianggap. Tapi aku segera mengerti, mungkin pernah ada kasus pemalsuan informasi di Blue Book atau kasus lainnya. Begitulah, mereka pasti punya alasan. Aku mulai melihat masalah. Ini berarti aku harus ke Sydney, menemui dokter Judith Salmon yang memberikan imunisasi pada Lita hingga dia berumur 6 bulan sebelum pulang ke Indonesia dua tahun lalu. Setelah itu aku harus ke Wollongong Medical Centre untuk meminta dokter atau perawat di sana mengeluarkan surat bahwa mereka telah memberikan imunisasi bagi Lita. Agak runyam memang urusannya. Dengan punya anak yang lahir di Australia, tadinya aku pikir akan jauh lebih mudah, ternyata tidak juga. Begitulah kalau kita tidak tahu dan kalau pihak berwenang mengubah aturan. Kepanikan bisa terjadi seperti yang terjadi pada kami. Kalau saja Lita tidak lahir di Sydney, seperti anak dari beberapa kawan, urusannya lebih cepat beres karena bisa membawa catatan imunisasi dari Indonesia yang sudah diterjemahkan. Sepertinya aku tidak punya pilihan lain, aku harus melewati semua ini dengan senyuman. Inilah alasannya mengapa sore ini aku terkantuk-kantuk di kereta menuju Sydney dan terpaksa harus bolos satu kelas besok Rabu.

Dr. Judith Salmon, seperti dulu, selalu kooperatif. Tidak ada masalah berarti. Blue Book sudah diserahkan kepadanya lewat Bli Sutil, seorang kawan di Sydney ketika kami bertemu akhir pekan terakhir. Harapannya, ketika hari Rabu aku datang, surat dari Dr. Salmon sudah beres. Akupun telah melakukan komunikasi lewat telepon dengan Dr. Salmon sebelumnya.

Dr. Salmon berpraktik di UNSW Health Centre. Lumayan juga sekalian bernostalgia mengenang masa-masa perjuangan di UNSW 2004-2006. Sambil menunggu surat yang dijanjikan setelah jam 1 sore, aku mengunjungi School of Surveying and SIS dan bertemu banyak kawan di sana. Semuanya baik, semua masih hangat seperti dulu termasuk beberapa dosen senior. Samsung Lim, dosen senior GIS dan GPS, ketika aku temui bahkan langsung mencetakkan satu makalah yang belum pernah diterbitkannya. Suatu sambutan akademik yang luar biasa. Aku juga bertemu beberapa mahasiswa Indonesia di UNSW. Makan siang dengan Katrin sangat berkesan karena banyak bertukar informasi yang penting, tidak saja tentang riset dan kehidupan akademik juga tentang berbagai pengalaman.

Surat dari Dr. Judith sudah selesai saat aku datang ke klinik jam 3 sore. Pauline, receptionist di situ memberikan surat dengan ramah. It was amazing, dia masih mengenalku. Setelah berbasa basi sejenak, aku meninggalkan Klinik. Sore ini pula aku harus melesat ke Wollongong. Besok aku tidak boleh bolos lagi. Selamat tinggal Sydney yang hangat.

Kamis pagi aku Asti dan Lita bergegas menuju Wollongong Medical Centre. Berbekal surat dari Dr. Salmon aku menemui perawat yang memberikan imunisasi pada Lita tempo hari. Setelah menjelaskan dengan panjang lebar, akhirnya perawat itupun bersedia mengeluarkan surat yang aku perlukan. Menariknya, perawat ini juga mau menyatakan dalam surat itu bahwa Lita juga mendapat imunikasi di Indonesia sehingga kami tidak perlu meminta surat dari dokter di Indonesia. Kadang hal aneh dan inkonsisten terjadi. Ketika Lita diimunisasi tempo hari perawat ini bersikeras tidak bisa mengeluarkan surat semacam itu karena semua harus melalui departemen imunisasi. Kini setelah aku tunjukkan surat dari Dr. Salmon, dia malah mau merekap imunisasi termasuk yang dilakukan di Indonesia. Tidak mudah menjelaskan ini, tapi aku pun tak tertarik mengetahui lebih jauh. Yang penting surat yang diperlukan sudah di tangan. Btw, informasi ini penting bagi siapa saja yang akan membawa anaknya ke Australia, terutama yang masih balita.

Kami segera melesat ke Centrelink yang tak jauh dari Wollongong Medical Centre. Di tangan sudah siap formulir Centrelink yang dilengkapi detail WWP, tanda tangan kami berdua dan TFN. Asti sempat lupa TFN-nya, untunglah mudah diperoleh dengan menelpon Australian Taxation Office. Di Centrelink, semua beres dan seharusnya tidak ada masalah. Lega rasanya setelah melewati semuanya dengan baik. Meskipun melelahkan fisik dan pikiran, ada perasaan puas setelah menyelesaikannya. Ada perasaan lega, telah menamatkan suatu ujian.

Author: Andi Arsana

I am a lecturer and a full-time student of the universe

24 thoughts on “Childcare, Imunisasi dan Centrelink”

  1. Makasih Pak Made, artikel yg menarik dan sangat bermanfaat buat kami2 yg berencana bawa anak ke Aussie.
    Btw, kalo saya studi S3 dan bawa anak (suami tdk ikut), apakah anak harus (diwajibkan oleh suatu peraturan) dimasukkan ke childcare? Satu lagi, utk S3 ini, Pak Made harus mengambil mata kuliah dulu ya?

  2. Pak Made,

    Mo tanya soal immunisation history. Klo anaknya lahir di indonesia bagaimana cara kt dapat immunisation historynya? apa boleh klo dari dokter di indonesia? ato harus surat ket yang dari dok di sana? Terima kasih

    1. Dear Mbak Risa,

      Surat keterangan bisa dari dokter di Indonesia. Buat format sendiri juga bisa asalkan berbahasa Inggris dan ada tanda tangan serta cap dokternya.

      Thanks

  3. Mas Andi,

    Informasinya benar-benar bermanfaat dan jika saya bisa mendapatkan kesempatan yang sama, saya sangat yakin informasi ini sungguh berguna buat kami.

    Boleh tanya mas Andi? Setelah mendapatkan CB dari centrelink, biaya Lita sekolah dari 54 dollar dipotong menjadi berapa ya Mas Andi..?

    Thank you sebelumnya..

  4. Salam kenal pak..
    Makasih banyak utk info yg luar biasa penting,kebetulan saya br sj dpt beasiswa ADS 2010/2011,insya Allah Januari 2012 studi sy dimulai.
    Sy berencana akan membawa kedua putra sy,sdgkn suami yg PNS tidak dpt ikut serta.Putra bungsu akan berumur 3,5 th saat ke Ausie sdgkn si sulung akan berumur 7 th (sy berencana menjemput mereka stlh 6bln di Ausie).Dg begitu,si bungsu hrs sy daftarkan di childcare.
    Kaitanx dg hal tsb,apakah informasi imunisasi itu sebuah keharusan dlm pengajuan CB?Krn anak sy diimunisasi di Indonesia,apakah sy hrs membuatx di sini sblm brgkt ke Ausie atau menunggu saat anak2 akan sy bawa saja agar surat tsb br diterbitkan?
    Terima kasih utk penjelasanx..

    1. Mb Sally,

      Perlu dipertimbangkan bahwa mengurus 2 anak saat sekolah, tanpa ada yang membantu tentu tidak mudah. Jika Anda coursework, sangat mungkin jadwal kuliah bentrok dg ngantar anak. Selain itu, anak umur 7 tahun tidak boleh ditinggal di rumah. Saya kira ini perlu dipertimbangkan dan ditanyakan ke teman2 yang ada di kota/negara bagian yang akan didatangi.

      Ya, imunisasi itu wajib. Buat saja daftarnya di Indonesia ditandatangani dokter yg terkait. Sudah cukup.

  5. Hi Mas Andi,

    Apakabarnya Mas Andi? Semoga sehat selalu, demikian juga Mba Asti dan Lita.

    Terkait dengan masalah imunisasi, ada hal yang mengganggu pikiran saya, yaitu mengenai biaya imunisasi.

    Mengenai rekan saya (penerima beasiswa ALA 2011) imunisasi untuk anak sebagian besar memang ditanggung oleh OSHC.

    Tapi apakaha ada mekanisme lain untuk melakukan reimburse biaya immunisasi anak seperti dari family benefit- Medicare Australia ?

    Mohon sharringnya mengenai biaya immunisasi ini, mungkin mas Andi punya pengalaman ketika Lita di immunisasi.

    Terima kasih banyak sebelumnya Mas Andi.

    1. Kabar kami baik.

      Reimburse imunisasi sama dengan prosedur reimburse pengobatan lain. Menggunakan OHSC, jika itu memang dicover.Tidak ada family benefit untuk ini. Setahu saya demikian.

      Lagipula, biaya imunisasi tidak mahal 🙂

  6. salam kenal,, mohon infonya ttg imunisasi anak ketika pulang ke indonesia, apakah jadwal imunisasinya sama? wkt itu lita bgmn? kebetulan anak sy skrg 6bln dan kami berencana back for good 2 bln ke depan,, terima kasih,, pipit

  7. Pak Andi, mo numpang tanya.
    Apakah pendaftaran CCB hanya bisa dilakukan setelah si kecil di Australia (krn nyusul)? apakah bisa didaftarkan dulu sebelum si kecil sampai? trimakasih

    1. Rasanya tidak karena terkait dengan identitas (passpor visa) yg menunjukkan hubungan keluarga. Kalau belum sampai di Australia, berarti belum diangkap ‘ada’. Meski demikian, bisa saja disiapkan dokumennya dulu sehingga begitu datang langsung daftar. Daftar sekolah jg sudah bisa dilakukan sebelum si kecil tiba di Aussie.

  8. Salam kenal pak Made,
    mau tanya, apakah sekolah (SD) di Aussie gratis atau mesti bayar ? mengingat anak SD adalah umur wajib sekolah..sampai umur berapa wajib sekolah di Aussie ?
    apakah susah untuk mendapatkan sekolah untuk anak di Aussie ?
    terima kasih…

  9. Dear Pak Andy,

    Apakah ada contoh format surat keterangan imunisasi yang tinggal di tanda tangan oleh dokter di Indonesia?

    Salam

  10. Dear Pak Andi, mau ikutan nanya pak, kalau beasiswa Non-AAS (seperti LPDP misalnya) apakah berhak juga untuk mendapatkan childcare benefit di Wollongong? Terimakasih sebelumnya

Bagaimana menurut Anda? What do you think?