Sewindu


The Arsanas

Kalau ada yang tahu lagu-lagu tahun 80an atau 90an yang di zaman sekarang bisa masuk dalam kategori lebay, kata ‘sewindu’ bisa didapati dengan mudah. Kalimat yang cukup gampang dijumpai misalnya adalah ‘seminggu tidak bertemu kamu, rasanya sewindu’ untuk menggambarkan betapa mudahnya orang menjadi rindu dengan pasangannya ketika sedang jatuh cinta. Sewindu, dalam kalimat itu untuk mewakili sebuah masa yang sangat amat lama. Kata orang pintar, ini termasuk gaya bahasa hiperbola atau ada juga yang mengatakan exaggerating. Benarkah sewindu itu lama?

Sewindu ternyata bukan waku yang sangat lama jika kita jalani dengan penuh gairah. Keluarga kecil kami sudah berusia sewindu alias delapan tahun hari ini. Sewindu ini berlalu dengan sedemikian singkat, seperti sekejap mata. Prestasi yang paling bisa kami banggakan tentu saja adalah kehadiran Lita di tengah-tengah keluarga. Dengan segala macam sifat dan polahnya, Lita adalah hadiah paling berharga. Seperti juga keluarga lain, seorang anak selalulah istimewa, meski di mata dunia dia adalah titik tak terlihat dan terabaikan, tetapi bagi orang tua seperti kami, dia adalah dunia. Dalam bahasa motivasi cinta “you might not be somebody in the world, but for somebody, you are the world

Mengapa delapan tahun ini perlu dicatat? Ini hanya kebiasaan saja menandai dan memperingati penggal-penggal waktu dalam hidup. Seperti kata orang bijaksana, setiap saat adalah perayaan. Maka ulang tahun sebenarnya tidak lebih istimewa dari keseharian. Ketika kita melakukan perayaan dan terutama kontemplasi setiap saat, tentu tidak harus mencari waktu khusus untuk merayakan sesuatu. Tetapi kami hanyalah orang-orang biasa yang mudah sekali larut dalam rutinitas dan kesibukan. Tuntutan pekerjaan dan terutama ego pribadi kadang menyeret kami jauh dari suasana kontemplasi. Maka dari itu, kami harus bersengaja mencari waktu yang baik untuk mencatat dan membaca ulang apa yang telah terjadi. Ulang tahun pernikahan adalah salah satu pilihan yang sepertinya tidak salah.

Kami adalah keluarga biasa yang bergairah menjalani hidup. Gairah itulah yang menghadirkan dinamika sehingga masing-masing keluarga menjadi berbeda. Karena gairah itu, saat ulang tahun ke-8 ini kami harus tinggal berjauhan. Tidak mudah, tetapi ini adalah konsekuensi logis dari pilihan. Yang tentu kami syukuri adalah bahwa ini terjadi karena pilihan sadar, bukan keterpaksaan. We are here because we choose to be here, not because we are forced to be here demikian kira-kira kalau dibahasakan dengan agak serem. Tidak jarang ada cinta segitiga diantara kami: saya di Australia, Asti di Eropa, Lita di Indonesia, atau saya di Australia, Asti di Jogja, Lita di Bekasi, atau Ayah di Amerika, Asti di Jakarta, Lita di Bali. Naluri dan kebiasaan bertualang dari ayah ibunya sedikit tidak telah membuat Lita terbiasa berpisah dengan orang tua. Entah ini baik entah tidak, sikap ini yang pasti sangat membantu menciptakan suasana yang baik bagi gairah pencarian orang tuanya.

Kami melewati dua kali ulang tahun hanya berdua dan di tahun ketiga Lita sudah terlibat. Ultah pernah dirayakan hanya dengan berdiam diri di dinginnya penghujung musim gugur bumi selatan, atau dengan secarangkir the hangat di sebuah restoran Vietnam di Kingsford. Sesekali ulang tahun diperingati hanya dengan telepon dari Wollongong ke Jakarta atau dari Tokyo ke Australia. Satu ulang tahun dimeriahkan dengan sate Bali, ulang tahun lainnya hanya dengan saling memandang lewat webcam. Ada juga yang terlewat dengan makan malam berkesan di sebuah resto mahal di Jogja. Tidak semuanya hebat, tetapi semuanya memberi pelajaran.

Satu posting ini pastilah tidak cukup menceritakan semua. Yang pasti kami bukanlah keluarga teladan. Kami hanya orang-orang biasa yang berusaha menjadi bagian dari lingkungan dengan cara-cara yang semoga baik. Berhasil atau tidak, tentu masih terlalu pagi untuk menghakimi, karena usia keluarga ini baru sewindu. Masih banyak misteri yang harus diungkap dan terlalu banyak pekerjaan yang belum selesai. Mengutip Chairil Anwar, kami hanyalah tulang-tulang berserakan. Meski begitu, waktu sewindu tentu saja boleh disyukuri. Atas segala kebaikan dan keburukan yang kami lalui, ijinkan kami merenung sejenak, bersyukur kepada Hyang Widhi Wasa. Selamat ulang tahun cinta.

Author: Andi Arsana

I am a lecturer and a full-time student of the universe

4 thoughts on “Sewindu”

Bagaimana menurut Anda? What do you think?